NOVEL " Ketika Emak Pergi"




“KETIKA EMAK PERGI”
(Oleh Rajab Effendi, S.Pd.I)
Prinsip hidupku adalah  jangan pernah berhenti berharap untuk menggapai suatu cita-cita. Karena dengan berharap yakinlah cita-cita itu satu persatu akan terwujud. Kata-kata itulah yang mengenang dipikiranku saat aku mengikuti seminar nasional. Saat itu aku ingat sekali trainernya berasal dari Bandung. Dimana saat itu beliau meminta peserta seminar untuk menuliskan kata-kata impian apa saja yang diharapkan oleh peserta. Youps waktu itu aku ingat ada 25 impian yang kutulis. Hmmm hari yang membuat langkahku tetap selalu semangat kalu aku ingat kata-kata tersebut……
Tanpaku sadari hari ini bagian dari impian itu terwujudkan dimana beberapa teman sekelasku mengucapkan ucapan selamat kepadaku. “Selamat ya Agil akhirnya kamu lulus dengan nilai terbaik”, Hmmmm siapa yang tidak bangga punya teman sepertimu Gil. Siapa dulu Agil Prasetiyo. Hujar teman-temanku. Ia teman-teman makasih atas pujiannya inikan berkat teman-teman juga kalau tidak kalian yang memotivasiku mungkin aku tidak akan bisa meraih prestasi seperti ini.
Pengumuman-pengumuman, Assalamualaikum Wr. Wb. Terdengar suara dari ruangan kantor tempat dimana hasil rekapan kelulusan ditempel. “Hei teman-teman suaranya dipelankan sedikit sepertinya ada informasi dari kepala sekolah, Ujar Agil terhadap teman-temannya. Secara serempak semua siswa konsentrasi mendengarkan pengumuman yang berbunyi “Anak-anak sekalian Bapak informasikan kepada seluruh siswa yang dinyatakan lulus untuk segera menyiapkan syarat-syarat SPMB mengingat pendaftaran tewrakhir 3 Agustus 2012, informasi lebih lanjut silahkan temui ibu Eko Caha Ningsi, SP.d.I terima kasih….
Kelas menjadi hiruk setelah mendengar pengumuman dari Bapak Kepala Sekolah. Saat itu Agil tidak seheboh teman-temannya yang disibukkan engan pengumuman tersebut. “Gil ayo…. Kenapa diam saja mari kita lengkapi persyaratannya, ujar Vian. Agil hanya diam membisu… hmm maaf Vian sepertinya aku tidak bisa ikut SPMB. Lohh mengapa? Bagaimana ya… kamu tahu sendirikan keadaanku sekarang ini saja aku sangat beruntung bisa tamat SMA dan juga dirumah aku tinggal hanya bersama Emak, kamu tahu sendirilah kalau Emak sering sakit-sakitan untuk sekarang ini biarlah aku tiak ikut dulu Insya Allah kedepan kalau ada peluang dan rezeki aku pasti ikut. Iyalahh apa mau dikata Gil kalau itu sudah keputusan dirimu. Sebenarnya jujur sayang sekali kalau kamu tidak ikut, aku yakin sekali pasti kamu bisa diterima diperguruan tinggi, apalagi kamu siswa yang berprestasi disekolah ini ujar Vian meyakinkan Agil agar bisa ikut. Sudahlah Vian buruan kekantor ambil formulirnya nanti habis. Oya Vian aku langsung pulang ya aku tidak sabar lagi ingin bertemu Emak. Aku ingin memberitahukan kabar kelulusanku. Iya Gil salam sama Emak.
Dengan langka yang semangat Agil langsung buru-buru pulang kerumah. Waktu itu jarak rumah Agil lumayan jauh sekitar 5 kilo, kendaraanpun sepi sehingga Agil nekat berjalan kaki pulang kerumah. Gemericik rintihan hujan yang semakin deras. Badan Agil yang semula kering menjadi basah. Akan tetapi Agil tetap melanjutkan perjalanannya untuk pulang kerumah karena dia tidak sabar memberi kabar gembira ini pada Emak. Hati Agil bergelorah riang tak menentu, perasaannya bertabur bahagia. Iya tidak terbayangkan kalai dia bisa lulus dengan nilai terbaik. Emak pasti senang mendengar kabar ini ujar Agil dalam hati.
Alhamdulillah akhirnya sampai juga aku dirumah, Assalamu’alaikum Wr. Wb. Tok…tok….tok…Emak buka pintunya ini Agil sudah pulang. Tok….tok…tok    Emak….Emak kenapa tidak dibuka pintunya ya…. Emak kemana, perasaan Agil agak heran. Jangan-jangan Emak lagi tidur ni, coba aku lewat belakang saja semoga pintu belakang tidak dikunci. Prakk kok pintunya nggak dikunci. Kok Emak tidak ada ya…. Kemana Emak ya… Coba aku kesebelah dulu tanya sama Ibu Demis tetangga sebelah. Bu bu Ibu Demis tahu tidak Emak kemana aku cari diwrumah Emak nggak ada. Emak tadi pamit nggak pergi sama Ibu? Maaf nak Agil tadi ibu tidak melihat Emak. Akan tetapi kata suami ibu Emak tadi dijemput oleh seorang pria pakai mobil. Tapi ibu tidak tahu siapa seorang tersebut. Iyalah bu terima kasih ujar Agil. Dalam hati Agil bertanya-tanya siapa yang menjemput Emak ya….
Kembali Agil pulang kerumah… Iayalah sudahlah aku tunggu dirumah saja semoga sebentar lagi pulang. Sambil menunggu Emak pulang Agil mau bersih-bersih dulu ah. Saat bersih-bersih mata Agil terpana melihat kursi kesayangan Emak. Ehmmm dengan senyuman yang dalam Agil teringat Emak yang selalu duduk di kursi itu terutama dipagi hari dan yang tidak bisa dilupakan adalah adanya teh secara rutin di atas meja tersebut. Spontanitas Agil duduk di kursi kesayangan Emak tersebut untuk melepas kerinduan.
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Terengar suara dari depan rumah.. Tok….tok… Iya tunggu sebentar ini pasti Emak yang pulang… Ewmak. Oooo maaf bu pikir tadi Emak yang pulang. Ternyata Ibu Demis tetangga sebelah yang datang. Ada apa bu… Ini Gil dengan suara yang ngos-ngosan sepertinya ada yang ingin disampaikan oleh Ibu Demis terhadap Agil. Hmm Agil heran kenapa ekspresi wajah Ibu Demis sedikit tegang tidak seperti biasanya. Kembali Agil bertanya ada apa bu…. Gil Emak sudah pulang belum? Belum bu. Kenapa? Ini Gil barusan diseberang sana dekat rumah Pak De Sujud ada yang mobil kecelakaan dapat informasi penumpang luka parah. Inalillah emang kenapa bu… ibu takut jangan-jangan penumpang tersebut …. Apa???? Spontanitas jantung Agil berdetak kencang, perasaannya kacau tidak keruan rasa akan nada banjir tangisan yang besar dipipinya, tubuhnya gemetar seolah-olah terjadi gunjangan dahsyat. Tidak pikir panjang Agil langsung lari sekuat tenaga untuk menghampiri keramaian. Emak… Emak… tiba-tiba terdengar suara PROKKK bunyi suara kaca jatuh ke lantai. Ternyata kaca itu adalah segelas teh yang ada di atas meja telah terjatuh sehingga membangunkan agil dari tidur. Astagfirullah ini hanya mimpi.
Waktuitu pukul menunjukan pukul 16.00 wib. Agil masih tegang akan barusan mimpi yang dialaminya. Agil terdiam sejenak da berfikir mengapa Emak belum pulang juga. Dalam hati Agil berdoa Ya Allah semoga Emak sehat Wal’afiat. Hmmm Astafirulah sekarang sudah jam 16.00 wib. Agil teringat kalau dia belum sholat Asar.
Setelah melaksanakan sholat Asar pada saat Agil merapikan tempat sejadah. Tiba – tiba terdengar suara dari luar “Assalamualaikum, Wr. Wb. Tok…tok… Walaikumsalam, Wb. Wr. Agil terdiam sejenka teringat mimpi barusan. Dalam hati Agil berkata kenapa persis dengan kejadian mimpiku tadi. Kembali perasaan Agil resah, akan tetapi Agil yakinkan perasaannya kalu itu pikiran yang nyeleneh saja. Hmm ia tunggu sebentar. Pada saat pintunya dibuka prokk Emak…Emak. Agil langsung memeluk erat-erat. Emak kemanjo ajo,  Agil kuatir dari tadi Agil Nunggu Emak. Iyo nak maafkan Emak, Oya Mak tunggu sebentar ado yang ingin aku kasih tau sama Mak. Agilpun ke kamar mengambil kertas bertuliskan Agil telah lulus. Mak Agil lulus dengan nilai yang memuaskan, sambil menangis bahagia Agil Memeluk Emak, “Allhamdulillah Mak senang dengarnyo Gil.
Kukuruyuukkkkkk pukul menunjukan jam 06.00 Wib. Agil dan Emak seperti biasanya membuat gorengan dititipkan di warung ibu Demis, maklum untuk mencukupi kebutuhan ewkonomi Emak sengaja membuat makanan untuk dititip kewarung. “Ehmmm Mak tahu tida gorengan Emak ini menurut aku gorengan terbesar didunia he he he. Ujar Agil terhadap Emak sambil bercanda. Oya Gil Emak buliah bertanyo samo kaba dak nak? Tanyo ap Makku, serius nian iluak o….
Agil berhenti sejenak membuka kulit pisang karena melihat terpancar pertanyaan serius yang keluar dari Emak. “Ini Emak  ndak tanyo emak dengar kawan-kawan kaba lagi disibukan daftar sekulah lagi. Apa benar nak.”Au Mak. Knapo kau idak ikut nak ujar Emak. “Agil hanya diam membisu atas pertanyaan yang Emak lontarkan …yang sebenarnya pertanyaan Emak itu sangat membuat hatiku terenyuh tampaku sadari air mataku menetes dipipiku betapah sedihnya hati ini seandainya Emak tahu apa yang dikatakan Emak barusan itu merupakan hal yang aku impikan selama ini.
“ gill …gill kamu menagis yo..? tidak mak, aku sedang bahagia hari ini aku bisa membantu Emak buat gorengan, Mak tahukan selam ini Agil pagi-pagi sudah berangkat sekolah, ujar Agil yang menyembunyikan perasaanya. “Ugh..ugh” suara batuk Mak kembali keluar. Oya Gil, Mak berharap Agil bisa kulia jugo seperti kawan-kawan kaba. Karena Mak ndak nian melihat Agil melanjudkan sekulah ke perguruan tinggi. Ia Mak Insya Allah………Semangat Agil muncul kembali setelah mendengar ucapan dari Mak barusan.
Esok harinya dengan penuh semangat Agil bangun pagi-pagi. Setelah sholat subuh Agil tidak segera beranjak dari sejadah lusuhnya, dengan pandangan kosong Agil menatap ke langit-langit kamar. Dalam benaknya yang ada hanya celengan ayam dengan beberapa rupiah didalamnya. Agil menarik nafas dalam, lalu bergumam biarlah kupecahkan saja celengan itu pasti mak tidak mempunyai uang untuk membiayai pendaftaran, untuk makan sehari-hari saja susah Mak dapatkan. Agil akhirnya merealisasikan keinginan niatnya tersebut.
Tok…tok… Emak mengetok pintu kamar Agil,”Gil sudem jam brapo sekarang, brangkatlah kelo telat!”. Iya Mak ujar Agil Seraya membuka pintu. Agil pamit Mak….. Assalamua’laikum … Walaikum’Salam.
Sesampainya dilokasi pendaftaran Agil bertemu dengan Roy sahabat dia disekolah. “Agil kamu ada juga disini ya, hmmm, pasti berubah pikiran ya untuk tidak ikut daftar…ujar vian, iya gil aku ingin mencoba mendaftar juga, kemaren emak berkata dia ingin melihat aku melanjutkan sekolah perguruan ti nggi lagi aku ingin mewujudkan keinginan Mak jadi oleh karena itu aku ikut …. “ ooooo begitu ya ujar Vian sambil tersenyum bahagia melihat semangat sahabatnya. Akhirnya keduanya mendaftar dan tidak sedikitpun ada masalah dalam proses pendaftaran. “Alhamdulilah Gil akhirnya selesai juga urusan ini.” Ia Vian. Oya Gil besok aku jemput ya kita berangkatnya serempak, soalnya tesnya besok jam 08.00. serius Vian!”, ciusss kalee he he he. Ok aku tunggu ya …. Setelah sampai dirumah Agil dikuatirkan oleh keadaan Emak, karena malam itu tubuh Mak terasa panas. Sehingga malam itu Agil tidak sempat belajar karena tidur terlalu malam.
Bremmm…bremmmm motor Vian telah menunggu diluar rumah. Agil …teeeee teeeeeee bunyi spion Agil menandakan kalau Vian mengajak Agl Buruan berangkat. “iya Gilll tunggu sebentar !!. Waktu itu Agil sedang bersiap-siap karena Mak masih belum sembuh jadi pagi itu Agilnya yang membuat semuanya gorengan.
Mak…Mak Agil pamit dulu ya….. sebenarnya langka Agil berat sekali untuk berangkat karena tidak tega melihat Emak sendirian dirumah. Agil hanya titip sama Bu Demis untuk melihat-lihat keadaan Emak drumah. Bremmmmm lalu Agil dan Vian berlalu menuju ke lokasi tes.
“Alhamdulillah Gil akhirnya selesai juga tesnya, gimana susah tidak Gil mengerjakan tadi. Alhamdulillah sedikit susahnya… Oya Vian kapan pengumuman kelulusan. Kata Panitia besok jam 08.00 Wib. Seluruh peserta hadir karena akan ada pengumuman peserta terbaik yang menapat beasiswa unggulan. Iya ya …. Ujar Agil yang masih gelisah akan keadaan Emak dirumah. Oya Gil Aku pulang duluan ya… Ayo!! Aku juga mau pulang….
Setelah sampai dirumah Agil mengetok pintu Tok….Tok…. Emak Assalamu’alaikum… Waalaikumsalam. Lah Mak sudah sewmbuh bukannya Mak sakit. Alhamdulillah Nak Mak sudah mendingan. Oya gimana tes Alhamdulillah Mak sukses… Agil senang sekali karena Mak kelihatan sudah lebih baik keadaannya. Mak besok pengumuman kelulusan mohon doanya Mak, iya nak….
Malampin tiba waktu itu Emak meminta Agil untuk sambil mengurut kedua kakinya. Gil tidak disangka ya… sekarang kaba lah besak. Mak berpesan kelak misal kau lulus tes besok jangan lupo sujud syukur dan rajin-rajin belajar semoga kaba kelo jadi jemo sukses. Aminnnn…..
Pagi yang cerah suasana yang hening membuat keanehan yang luar biasa pada pagi itu. Karena Agil melihat ada yang berbeda. Tidak biasanya wajah Emak yang biasanya kulihat lelah, hari ini terlihat begitu ceriah seolah hari ini spesial buat diriku tidak seperti hari biasanya…..” Gil…Gil sarapanlah negal lagi kato kaba malam tadi mau pergi melihat pengumuman. Iya Mak…. Bentar lagi. Dengan perasaan bahagia Agil merasakan hari ini adalah hari yang tidak pernah terlupakan dimana Agil merasa begitu besar kasih sayang Emak terhadap Agil. “Ya Allah Semoha Mak sehat wal’afiat seperti ini selamanya ujar Agil. Tiba-tiba terdengar suara motor dari luar Bremmmm…Bremmmm. Gil ayo kita berangkat Ujar Vian yang baru saja tiba. “Ia tunggu sebentar. Dengan perasaan bahagia Agil dan Vian pun berangkat menuju pengumuman. Diperjalanan Agil terus bero’a semoga dia dapat lulus dan dapat melanjutkan sekolah keperguruan tinggi. Agil sejenak ingat harapan Mak… yang ingin melihat Agil bisa sekolah tinggi. Sesampai di epan papan pengumuman yang telah dipenuhi oleh kerumunan calon mahasiswa baru. Aku dan Vian pun terpisah mencari urutan abjad nama kami masing-masing. Aku menemukan namaku, sekujur tubuhku dingin, kakiku gemeteran, dan etak jantungkupun berlari. Bismillah Hirohmannirohim lalu aku telusuri baris pada kolom yang memuat angka dan kelulusan. “Allahu’akbar Aku Lulus!” teriaku spontan seketika itu juga lututku yang gemetaran ku jatuhkan kelantai laluku bersujud (………………..) terima kasih ya Allah Kau telah memilihku menjadi mahasiswa unggulan, lulus tes dengan nilai terbaik dan berhak mendapat beasiswa pendidikan. Aku teringat Mak dirumah untuk segera memberitahukannya bahwa aku Agil Prasetiyo anak laki-lakinya mampu mewujudkan harapan dan do’a-do’anya.
Aku berbalik dan keluar dari kerumunan untuk segera pulang kerumah. Saat itu langit gelap ditutupi awan hitam, hujan mulai turun rintik-rintik. Angkutan umum yang aku naiki dan akan mengantarkan aku menemui Mak berjalan lambat, tersadar aku telah meninggalkan Vian sendirian di papan pengumuman, aku baru ingat bahwa aku lupa berpamitan padanya tadi.
Wajah mak pasti akan berbinar bahagia jika nanti aku menyampaikan berita bahagia ini padanya, akan aku dekap tubuh rentanya, akan ku cium pipinya yang telah mengeriput dan ku bisikkan ketelinganya “Emak aku lulus dan mendapat beasiswa hingga akhir studi”. “Turun dimana dek???” pertanyaan sopir membuyarkan lamunanku. “di depan rumah produksi manisan terong pak” jawabku.
Lalu lalang ibu-ibu yang memakai kerudung keluar masuk gang rumahku, terlihat bendera kuning yang dikibarkan disisi kiri jalan. Aku tidak begitu memperdulikannya, yang ada dalam pikiranku adalah Emak dan senyum manisnya ku anggak kepalaku terlihat didepan rumahku banyak orang. Hatiku mulai berkecamuk apa yang terjajdi dengan Emak. Tidak mungkin Mak meninggal dan orang-orang itu adalah pelayatnya. Aku berlari sekencang yang aku bisa agar aku segera tahu apa yang terjadi dirumahku. Emakkkkkk…………… dari depan pintu terlihat olehku sekujur tubuh emak yang telah mengkaku di tengah-tengah kerumunan orang di ruang tamu. Aku menghambur ke dalam kerumunan, mendekap tubuh emak yang tidak lagi hangat, yang tidak lagi melihatku dengan tatapan teduh karena matanya telah tertutup rapat. Senyum emak memang mengembang, tapi tidak untuk merayakan kelulusanku seperti yang telah aku bayangkan.
Emakkk… mengapa Engkau pergi di saat aku ingin mengungkapkan rasa sayangku padamu, aku ingin mak tahu bahwa aku bisa membanggakan Emak, aku mampu mewujudkan keinginan Emak….!!!

Komentar